CERPEN JAWA TIMUR: SANDHEKALA


Di tepi sebuah hutan hiduplah seorang janda Mbok Randha, demikianlah panggilannya sehari-hari, mempunyai seorang anak laki-laki bemama Sentot. Hidup mbok Randha dan anaknya tampak tenteram dan damai. Kambing piaraannya banyak dan gemuk-gemuk. Pada suatu hari, waktu senjakala, Sentot masih bermain-main di tepi hutan. Ibunya memanggil-manggil : "Tot, Sentot, pulang! Hari sudah senja!" Sentot menyahut : "Apa, mak? Aku masih mencari belalang untuk makanan burung." Ibunya berkata : "Ketahuilah, nak. Kini saat Sandhekala (=senjakala). Pada saat-saat begini Den Bagus Sandhekala sering berjalan-jalan. Den Bagus (=gelar panggilan bagi orang muda yang dihormati) gemar makan kepala harimau atau kepala maling. Demikian juga kepala seorang anak yang suka bermain-main di luar di waktu senja."

Mendengar ucapan ibunya demikian, Sentot merasa takut dan berlari-lari pulang. Pada saat itu Sentot dan ibunya tidak mengetahui, bahwa di dekat situ ada seekor harimau dan dua orang maling sedang mengintip mencari kesempatan. Malamnya harimau masuk ke dalam kandang kambing. Tetapi harimau itu ragu-ragu setelah mendengar ucapan mbok "Randha, bahwa Den Bagus Sandhekala sering berjalan-jalan dan suka makan kepala harimau. Harimau takut jangan-jangan Den Bagus Sandhekala masih berada di dalam kandang.

Sedang harimau ragu-ragu, tiba-tiba masuklah kedua orang maling tersebut. "Aduh, mati aku! ", pikir harimau. "Inilah Sandhekala yang dituturkan mbok Randha tadi. Kepalaku jadi dimakan sekarang." Dalam kandang kedua maling itu berbicara: "kang, kang, mari kita pilih yang besar." "Baiklah."

Dalam kandang (karena gelap), yang tampak paling besar sebenarnya bukan kambing, melainkan harimau. Segera harimau diikat dengan tampar dan dipikul keluar kandang. Harimau tidak berkutik sedikitpun. Pikirnya : "Aku sudah ditakdirkan menjadi mangsa Sandhekala. Aku menyerah." 

Di tengah jalan maling yang memikul di belakang berseru : "Kang, kang!" Yang di depan bertanya : "Apa?" "Anu, kang, kambingnya berloreng-loreng!" Setelah berkata der.1ikian terasa berdiri bulu kuduknya. Yang di depan tidak tahu, maka ia terus saja berjalan. Makin lama yang di belakang makin takut. Akhirriya pikulan dilemparkan sambil berteriak : "Harimau, harimau! Harimau loreng!"

Dua orang mating tersebut lalu lari tunggang langgang. Karena gelap mereka saling bertunjangan. Akhirnya yang seorang terjerembab dalam sebuah kakus dansyang. lain tercebur ke dalam anak sungai. Sahdan si harimau yang ditinggalkan tertegun. Setelah sadar lalu berkata : "Aduh, bukan Den Bagus Sandhekala. Manusia. Kalau aku mengerti, kumakan kepalamu." Tali pengikat lalu dilepas, kemudian terus kembali ke hutan. Ia tidak jadi mencuri kambing si Sentot.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama